Pengalaman Melahirkan Di Klinik Perancis

Hai teman-teman, bagaimana kabarnya ?

Saya harap kabar kalian baik-baik saja, dan semoga saja pandemi corona ini cepat berakhir agar kita bisa merasakan kehidupan normal kembali, seperti di tahun 2019.

Saya ingin bercerita mengenai pengalaman melahirkan di Perancis, apalagi disaat pandemi corona ini.

Seperti yang kalian sudah baca di artikel saya yang sebelumnya pernah saya posting, Positive Hamil Di Perancis Di Saat Pandemi Corona, ya ini adalah kelanjutan dari artikel tersebut.

Keluar bercak darah dan bayi di prediksi besar

Kejadian sebenarnya tepat di tanggal 16 november 2020, jam 06.00.

Seperti biasanya tiap malam dan pagi hampir tiap jam saya (bumil) sering sekali bolak balik ke toilet.

Di karenakan perut yang sudah sangat membesar, bisa dikatakan saat itu saya sudah hamil tua, yaitu 39 minggu + 6 hari.

Sementara dokter memprediksi bahwa HPL saya di tanggal 25 november 2020.

Dan di tanggal 16 tersebut, tiba-tiba saya keluar bercak darah, sayapun kaget dan panik, karena sebelumnya tidak ada banyak kontraksi yang saya rasakan.

Pada akhirnya saya membangunkan pak suami untuk pergi ke klinik yang sudah kami daftarkan sebelumnya.

Padahal 2 hari sebelumnya (14 november 2020) kami konsultasi ke dokter kandungan, dan beliaupun mengecek kalau belum ada tanda-tanda mau melahirkan dan kepala bayi masih belum masuk jalan lahir.

Beliau pun menyarankan untuk usg lagi, dan melihat ukuran bayi, karena kalau di lihat dari statistik calon bayiku lebih besar di atas rata-rata. Jika di tunggu sampai HPL ukuran bayi akan lebih dari 4 kilo gram.

Dan kemungkinan akan malakukan jalan operasi cesar jika di lihat dari kondisi badan bumil dan si jabang bayi.

Karena itulah, bayi akan di keluarkan sebelum 40 minggu untuk menghindari lahirnya bayi berukuran besar.

Lucunya lagi, padahal di tanggal 16 november tersebut jam 10.00 kami berencana ingin menelpon pihak klinik dan berkonsultasi prihal lahiran.

Dan ternyata si jabang bayi sudah tidak sabar untuk keluar, akhirnya kami pergi ke klinik jam 06.30.

Sesampainya di Klinik

Ketika mengetahui keluar bercak darah, kami langsung bergegas untuk pergi ke klinik.

Suami paniknya minta ampun, karena pada saat asik-asik tidau dan mimpi indah tiba-tiba saja harus begegas ke klinik.

Untungnya bagasi dan perlengkapan lahiran sudah di persiapkan dari jauh-jauh hari jadi suami tinggal angkat dan di bawa ke dalam mobil.

Bahkan untuk mandipun tidak sempat, hanya cuci wajah dan cuci gigi dan ganti baju, sangking paniknya kami takut ada apa-apa sama si jabang bayi.

Jam 07.00 kami sampai di klinik, tidak nunggu lama suster langsung membawa saya ke ruangan untuk di monitoring dan melihat detak jantung dan kontraksi.

Kondisi rambut belum keramas, padahal jadwalnya keramas pas bangung tidur, dan ternyata karena keluarnya bercak sudah tidak ada waktu lagi untuk keramas šŸ™‚

Susterpun datang dengan membawa kapas untuk telinga, pastinya panjang seperti untuk tes swab, kemudian di masukan ke vagina.

Dengan cara itu suster dapat mengecek apakah air ketuban sudah pecah, masih ada apa mungkin sudah habis.

Dan menunggu hasil tes tersebut, ternyata air ketuban sudah pecah, kemungkinan akan lahiran di hari itu juga.

2 jam menunggu dokter kandungan saya datang, karena beliaulah yang akan melakukan proses lahiran.

Selama di monitoring, detak jantung bayi terdengar dengan keadaan normal dan kontraksi sudah mulai muncul setiap 10 menit.

Pada saat dokter datang, beliau mengecek apakah ada pembukaan atau tidak, dan ternyata belum ada pembukaan sama sekali, dan kepala bayi belum ada di jalan lahir, sedangkan air ketuban sudah berkurang.

Beliau pun mengatakan kan agar di rangsang dan menunggu 48 jam, jika di rangsang si jabang bayi belum juga keluar kemungkinan besar akan operasi cesar.

Tetapi melihat kondisi si ibu dan ukuran bayi pada saat di usg, sebaiknya melahirkan secara operasi cesar adalah yang paling utama.

Kami pun di beri waktu 10 menit untuk berdiskusi. Saya dan suami pun mulai berdiskusi, saya mengatakan ke suami “daripada 2x kerja lebih baik lansung cesar saja, karena belum tentu aku bisa lahiran normal”.

Suamipun akhirnya mengikuti keputusan saya.

Operasi pun di mulai

Tidak lama kemudian, dokter tersebut datang untuk mengetahui keputusan melahirkan bayi kami.

Ketika kami berkata “cesar”, dokter sebenernya kaget karena di perancis mau bagaimana pun wajib melahiran secara normal (kalau bisa, dan kalau kondisinya masih bisa memungkinkan).

Tetapi di sini apapun keputusan kami dokter tidak bisa berkata apa-apa.

Dan beliau langsung mengurus semua dokumen-dokumen, dan suami mengisi formulir untuk pemberian nama dan data-data kami.

Sementara saya bersiap mengganti baju operasi, memakai penutup kepala dan pastinya masker.

Jadi selama operasi berlangsung semua di wajibkan untuk memakai masker karena pandemi corona.

Atribut operasi sudah terpasang, tidak lama kemudian salah satu perawat pria membawa saya keruangan operasi.

Tulang belakang saya lansung di suntik bius Epidural. Berkali kali di suntik akhirnya setengah badan saya mati rasa.

Saya pun sudah tidak bisa merasakan apa-apa sama sekali. Bahkan pada saat tim medis membaringkan badan saya di atas tempat tidur operasi, kedua tangan saya di telantangkan dan tirai di depan saya pun mulai tutup.

Suami akhirnya datang dan ikut menemani saya di ruangan tersebut dengan menggunakan baju hijau, layaknya di rumah sakit lainnya dan pastinya menggunakan penutup kepala dan masker tidak terlupakan disaat melahirkan dimasa pandemi.

Putri ku lahir kedunia

Jam 10.00 masuk ruangan operasi, setengah badan mati rasa. Pemandangan di depan wajah di tutup tirai, hanya bisa melihat wajah suami di samping kanan saya.

Air mata mulai berlinangan (untung ada suami yang mengusapkan tetesan air mata haruini).

Badan terasa dingin menggigil entah kanapa, tiba-tiba perasaan takut mati pun ada di benak sambil melihat ke suami.

Sesaat kemudian, saya merasakan tim medis mengeluarkan sesuatu dari dalam perut, rasa sakit sudah tidak terasa akibat obat bius.

Jam 10.22 kamipun mendengar suara tangisannya , dan putri kami lahir di dunia tepat hari Senin, 16 november 2020 jam 10.22, PB : 51 dan BB : 3,635 kg.

Dan diberi nama AglaĆ©, nama yang kami ambil di salah satu mitologi Yunani yang berarti “Kecantikan”.

Foto AglaƩ pertama kali di dunia
AglaƩ berumur 6 minggu

Pada saat AglaƩ di keluarkan, kemudian dia dibawa ke arah saya sambil mencium pipi sebelah kanan. Hanya semenit, kemudian dia di bawa keruangan bayi bersama suami, untuk di bersihkan dan dll.

Saya tidak bisa mengambil dan melihat AgalĆ© langsung, karena setelah dijahit saya harus di bawa keruangan lain selama 2-3 jam, agar obat biusnya hilang. Setelah itu baru saya bisa bertemu keluarga kecil ini ❤.

Pindah ke kamar pribadi

Jam 13.30 setelah biusnya agak berkurang saya pun di bawa salah satu perawat pria kekamar yang akan saya tinggali selama 4 hari kedepan, dengan menggunakan ranjang dorong.

Saat itu saya masih belum bisa jalan sendiri dan hanya bisa mengangkat kaki.

Setibanya di kamar saya langsung di angkat dan pindahkan ke tempat tidur dan di bantu juga oleh seorang suster wanita.

Tidak lama kemudian, suami dan anak saya datang bersama suster, beserta box transparannya šŸ™‚

Setiap 2 jam suster mengecek keadaan saya, melihat luka jahitan, tensi darah dan suhu badan.

Tidak lupa juga memberikan saya obat yang di minum setiap 6 jam sekali.

Di sore hari akhirnya selang yang di pasang di dalam vagina di lepas juga, dan sayapun bisa berjalan ke kamar mandi untuk buang air kecil.

Akhirnya mama bisa makan setelah mengskip sarapan dan makan siang

Tidur sendiri akibat pandemi corona

Setelah seharian di klinik dan proses melahirkan pun selesai, akhirnya suami pun pulang ke rumah jam 19.00 dan boleh datang kembali jam 09.00.

Akibat pandemi corona, dia tidak di perbolehka untuk menginap di klinik, bahkan mertua dan teman-teman saya ƻn tidak boleh mengunjungi. Yah nasib lahiran akibat pendemi ya begini.

Selama nginap di klinik pastinya tidak bisa tidur nyenyak (dan tidak tidur sama sekali) dan bahkan AglaƩ sudah tidur di kamar bersama saya, bukan di ruangan khusus bayi seperti yang ada di RS.

Dan otomatis, ketika dia lapar dan ganti popok saya langsung menangani sendiri, walaupun sebelumnya saya tidak pernah memegang bayi. Untungnya, kadang di bantu oleh suster-suster yang siaga 24 jam.

Ketakutan !! karena bayi membiru

Pada saat malam kedua di klinik, jam 00.00 sayapun mengganti popok AglaƩ.

Dia nangis-nangis dan wajahnya membiru ketika di gantiin popok. Sayapun panik setengah mati !! saya pencetlah tombol emergency, dan seorang suster langsung datang ke kamar saya.

Saya bilang ke suster ” sus, nak saya wajahnya membiru, ini kenapa ? “

dia menjawab, “oh ini gak kenapa-napa.”

Sayapun langsung menekankan dengan nada agak sedikit ketus “coba deh anda lihat, sekarang wajah anak saya menjadi ungu.” sambil melihat AglaĆ© yang terbatuk seperti tersedak, beliau langsung mengangkat AglaĆ© dan di bawa keruangan sebelah.

Selang beberapa menit, AglaƩ dibawa kembali keruangan saya, beliau mengatakan bahwa air ketuban masih berada di dalam tubuh AglaƩ karena selama kehamilan AglaƩ mengkonsumsi air ketuban.

Karena itulah AglaƩ tersedak hingga membiru. Dan saya langsung panik minta ampun ditambah lagi saya hanya sendirian di klinik tanpa di temani suami atau keluarga.

Akhirnya suster menyarankan untuk di taruh didada saya (skin to skin kalau bahaa kerennya). Tidak lama tubuh AglaƩ mulai memerah kembali.

Sufor & ASI

Setelah AglaƩ sampai di kamar, tidak lama AglaƩ merasa kelaparan pastinya.

Dan di hari pertama itu payudara saya belum keluar sama sekali, dan suster menyarankan agar AglaƩ terus mengisap agar asinya keluar.

Di hari ke 2 asi sudah mulai keluar walaupun tidak banyak, dan AgalƩ di bantu dengan susu formula sambil menunggu asi keluar normal.

Susu formula tidak bisa sembarangan kita kasih, suster akan membawakan beberapa botol, dan harus di minum sesuai takaran usia bayi.

Ini dia susu yang diberikan suster selama di klinik

Waktu itu AglaƩ meminum sufor kalau tidak salam 15ml setiap 3 jam, kemudian naik menjadi 25ml dan asi dikasih sekira-kira dia lapar.

Selama di klinik BB bayi akan turun itu normal, dan ketika mau check out dari klinik berat badan bayi tidak boleh kurang dari 10% dari BB dia lahir.

Jika lebih dari 10% maka kita tidak boleh keluar dari klinik dan akan dirawat lagi selama berat badan bayi normal.

Untunglah di tanggal 20 november kami di perbolehkan pulang karena berat badan AglaƩ berkurang tidak sampai 10%. Jadi kami hanya menginap hanya 4 malam.

Jadi selama 4 hari di klinik, berbagai macam dokter mengecek keadaan bayi dan saya, yaitu ahli gizi, psikolog, suster, dokter anak, dokter kandungan dan tidak lupa tukang bersih kamar, ya klinik saya seperti bintang lima 😁 .

Yah beginilah kira-kira pengalaman saya melahirkan di perancis, apalagi di saat pandemi corona.

Untungnya selama hamil dan melahirkan semua di permudah dan diperlancar.

3 koment di artikel « Pengalaman Melahirkan Di Klinik Perancis »

  1. Messa

    Jawab

    Halo mbak Silvi. Selamat ya untuk kelahiran Aglae yang cantik šŸ™‚ udah lama nggak main2 ke blognya, eh sekalinya mampir malah udah pindah blog dan udah melahirkan šŸ˜€

    Sehat-sehat terus bersama keluarga besar ya mbak šŸ™‚


Kirim koment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.