Setelah menunggu hampir 3 tahun dan akhirnya saya bisa merasakan salju dengan ketebalan hampir 17 cm.
Tepatnya pada tanggal 6 februari di sekitar wilayah Paris dan sekitarnya telah di landa badai salju selama beberapa hari.
Karena turunnya salju transportasi pun bermasalah, bis yang biasa saya tumpangi tidak berjalan dan kereta untuk menuju Paris Saint-Lazare pun apalagi.
Bahkan ada juga orang-orang tidak bisa pulang kerumah kerena terjebak badai salju.
Terang saja karena masalah transportasi tersebut saya pun memutuskan untuk tidak masuk ke kelas bahasa, dari pada saya datang terlambat lebih baik saya bolos saja.
Akibat salju tersebut saya bolos hingga 2x dalam seminggu.
Banyak orang bersuka cita ketika wilayah île-de France, khususnya Paris di tumpuk oleh banyak salju, termasuk saya.
Halaman depan semua media sosial saya telah di penuhi oleh foto si putih, kerena kejadian tersebut sangat lah langka jadi hal yang sangat wajar ketika seseorang memposting di sosial media masing-masing.
Bahkan saya pun juga begitu, di Instagram dan facebook pribadi saya hampir penuh dengan foto-foto salju.
Pada tanggal 6 februari, ketika kursus bahasa saya telah selesai (hari dimana salju belum menumpuk terlalu banyak), saya pun cepat-cepat pulang untuk menikmati tumpukan salju di rumah orang tua si A.
Maklum lah ini adalah kedua kalinya saya melihat salju tetapi tahun ini lah yang benar-benar saya bisa rasakan banyaknya salju di bandingkan tahun sebelumnya.
Dua menit sebelum kereta berangkat, sayapun akhirnya lari untuk masuk ke dalam tersebut. Pada saat saya ingin masuk kedalam, tepatnya di Stasiun Paris Saint-Lazare.
Kursi untuk duduk pun semua sudah penuh dan bahkan sudah banyak sekali orang yang berdiri di depan pintu gerbong kereta, termasuk saya.
Dengan kesesakan tersebut, tiba-tiba saja ada seorang wanita meminta saya untuk terus maju kedepan dengan nada yang kurang mengenakan. Karena situasi saya berdiri di tengah tangga.
Saya pun akhirnya menjawab dan memberitahukan ke wanita tersebut, bahwa saya tidak bisa maju kedepan, kerena ia memaksa akhirnya sayapun mengalah untuk menuruni anak tangga dan berdiri di antara lorong di tengah kursi.
Setelah 5 menit menunggu, saya sudah merasa bahwa kereta akan terlambat jalan karena saya sudah menunggu terlalu lama. Lima menit kemudian, hingga dua puluh menit menungu, kereta masih juga belum jalan.
Saya pun mengirimkan pesan ke tunangan saya karena kereta yang saya tumpangi belum jalan sampai saat ini. Akhirnya si A membalas pesan yang telah saya kirim yang berisi, bahwa telah terjadi suatu masalah di rel kereta.
Ya mau tidak mau saya harus bersabar hingga berjalan, karena kereta tersebut satu-satunya transport yang akan mengantarkan saya pulang ke rumah.
Dengan membawa tas ransel yang berisi 3 buah buku tebal, kotak pensil, botol air minum dan juga kamera,belum lagi berdiri lama membuiat kaki saya jadi keram.
Dan seorang wanitapun mengatakan ” Halleluya” dengan nada gembira, karena kereta akhirnya jalan setelah menunggu hampir satu jam.
Setelah beberapa stasiun terlewati akhirnya, saya pun sampai di kota tempat saya tinggal. Pada pagi hari nya si A sudah memperingatkan agar berhati-hati ketika berjalan, karena jalanan bersalju. Pufhhh hampir saja saya terpeleset, karena saya menggunakan sepatu basket.
Saat salju tersebut telah di injak orang lain maka pada saat kita meninjak akan terasa licin, bahkan bisa mengakibatkan terpeleset, saya pun hampir jatuh pada hari itu.
Waktu saya menunggu di luar stasiun, ibunya si A berencana untuk menjemput saya. Sebab malam harinya kami akan makan malam di rumah beliau dan kami juga telah berencana untuk bermain pertarungan bola salju juga membuat boneka sebelum salju yang telah kami tunggu-tunggu mencair.
Ketika si A pulang kantor, kami pun melakukan apéro 30 menit. Setelahnya kami langsung bersiap untuk ke taman rumah. Ibunya si A menyuruh saya menggunakan sepatu untuk salju jug sarung tangan karet agar tidak basah ketika membuat bola-bola dan boneka. Dan beliau pula yang memakaikan sarung tangan ke saya, karena tangan kiri saya agaksedikit encok dan harus dipakaikan sesuatu.
Pada saat kami bersiap, ibunya memberitahukan saya untuk ke taman dengan melalui pintu garasi. Karena si A dan ayahnya pasti telah bersiap untuk melempari kami berdua.
Terang saja ketika kami baru keluar pintu garasi mereka sudah melempari kami bola-bola salju, untungya kami bisa bersembunyi di samping mobil yang telah di parkir di depan garasi.
Ternyata setelah beberapa menit bermain salju itu sangat melelahkan dan bagusnya lagi saya tidak merasa kedinginan.
Beginilah hari yang telah saya lalui ketika salju turun.
Saran saya ketika kalian berada di salah satu negara yang bersalju, berhati-hati lah ketika berjalan dan juga pakai sepatu boots khusus salju, walaupun kurang cantik tidak seperti high heels yang penting ketika berjalan merasa aman. Dan juga gunakan perlengakapan yang lain seperti topi, yang terpenting adalah sarung tangan.
Silvi
adhyasahib
Wah bagus banget ya pemandangannya. Cantiiik
Silvi ApriliaPenulis Artikel
Pemandangan yang sangat langka ini dhya
ria
so cool pemandangannya. Jadi pengen kesana :((
Silvi ApriliaPenulis Artikel
Yuk mba jalan-jalan kesini 🙂
Setia Afran
wahhh jadi pengen gan jalan jalan ke pranciss :))
mampir ya klo mau liat2 lirik lagu http://www.sanxlyrics.club/